upacara karo

Upacara karo
Upacara Karo atau biasa disebut Hari Raya Karo merupakan upacara terbesar yang dilakukan masyarakat tengger. Upacara ini diadakan sekali dalam setahun selama tujuh hari. Upacara ini selalu dilakukan berurutan sesuai dengan aturan yang telah ada . Upacara Karo ini menceritakan tentang asal mula adanya manusia di bumi, adanya keturunan sampai kembalihnya Roh ke hadapan Hyang Widiwasa. Tujuan akhir dari semuanya adalah untuk mendapatkan kesempurnaan yaitu tidak mengalami penjelmaan kembali.Dalam upacara karo ini hamper semua masyarakat tengger mengikutinya baik agama islam, katolik / keristen dan agama hindu itu sendiri. Upacara karo dilaksanakan selama satu bulan dan dilaksanakan pada bulan ke dua dalam penanggalan hindu. Acara ini di lakukan untuk mengenang masa Satya Yoga yang pada jaman itu masyarakat masih sedikit dan hidup makmur. Upacara Adat pembukaan Hari Raya Karo di buka di Desa Tosari maka penutupannya dilakukan oleh masing-masing Desa diseluruh wilayah Tengger Brang Kulon (Desa Ngadiwono, Podokoyo, Sedaeng, Mororejo, Kandangan, Baledono, dan Wonokitri). selain diadakan acara ritual juga ditampilkan Tari Ujung ( Ujung-ujungan) pada acara pembuka karo bawahan.
Upacara karo memiliki beberapa bagian di antaranya: NGUMPUL arti ngumpul disini semua / beberapa warga dari beberapa desa yang termasuk suku tengger berkumpul merundingkan kapan dilaksanakan nya upacara karo dan semua persiapan-persiapan tentang upacara karo sebagai acara pembuka abakah acara UBO RAMPE yaitu upacara pembuka berupa membuka beberapa pusaka , kemudian dilanjutkan membuka Pusaka Jimat klintong. Isi dari Jimat Klontong tersebut adalah Picis Satak ( uang logam kuno dari zaman Kerajaan Kediri maupun Majapahit ) dan seperangkat pakaian dari Joko Seger dan Loro Anteng ( sayang disangsikan keasliannya ). Biasanya setiap kaliPusaka Jimat klontong dibuka,ada sebagian masyarakat Tengger yang menukar uang logam biasa ( biasanya mereka yang punya nadar ) dan nanti dikembalikan pada Upacara Karo tahun berikutnya , MEPEK yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan warga untuk memenuhi atau mencukupi kebutuhan hidup mereka, sambil mempercayai sesuatu kepercayaan yang telah turun temurun ada dalam upacara karo ataw sering masyarakat menyebut TEKANE PENG PITU, dan PEPENGAN yaitu sore atau malam sebelum hari raya Karo dilaksanakan. Pada saat Prepegan biasanya para ibu disibukan dengan menyiapkan makanan. Makanan ini yang akan nantinya disuguhkan untuk perjamuan pada waktu Upacara hari raya Karo. Makanan di sajikan dalam dipan yang tepinya ditutup dengan kain putih. Kemudian KEMUDIAN TUMPENGAN BADUNGAN merupakan tumpeng yang akan dibawah oleh setiap kepala keluarga. Tumpeng ini akan di bawah ke tempat upacara karo di laksanakan atau tempat kepala desa yang selanjutnya akan di makan bersama. Seperti pada peringatan lainnya tumpeng akan dibacakan do’a terlebih dahulu sebelum di makan bersama, dan TUNPENG IJEN yaitu satu tumpeng tapi biasanya besar untuk di bacakan doa dan di makan dalam upacara karo sekarang sudah di sepakati bahwa masakan yang di olah harus halal supaya masyarakat yang beragana beda tidak ragu untuk makan dan melakukan SESANDING yaitu berupa upacara yang di peruntukan untuk keluarga, NYANDRAN yang merupakan sebuah kegiatan atau upacara menabur bunga di makam. Upacara Nyadran ini biasanya dilakukan lima hari setelah di lakukannya upacara sesandingan. Upacara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada leluhur yang telah memberikan keturunan atau Suputra pada masyarakat Tengger dan harus melakukan SEDEKAH PANGGONAN sedekah panggonan merupakan upacara yang dilakukan agar roh atau atman yang belum diterima oleh Hyang Widiwasa tidak mengganggu manusia khususnya masyarakat Tengger, terus MULIHE PING PITU merupakan rangkaian terakhir dari upacara Karo sendiri. Upacara ini dilakukan agar roh manusia yang masih berada di bumi kembali ke hadapan Hyang Widiwasa atau Sang Pencipta.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tanggal berapa untuk tahun 2010?

Posting Komentar

kasih secarik kamentar anda eahh.....
Thank's :))